Selasa, 23 Desember 2014

sebel ,1

Semua orang berhak membela dirinya sendiri!
Dulu aku kenal kamu, kita sama-sama seneng sama-sama susah. Sebates teman akrab bahkan akrab sekali. Kita seatap dan seperjuangan dalam merantau. Pernahkan aku menyakitimu duhai kawan kesayanganku? Pernahkah aku membuatmu luka bahkan sampai mungkin kamu menyimpan dendam tak terlampiaskan untukk kesalahanku?pernahkah sedikit saja aku membuatmu susah? Aku tau pembelaanmu dengan berkata
“tentu pernah kawan, kamu jangan belagak menentangku!”
Astaga Tuhan, demi apapun aku minta maaf padamu jika seperti itu keadaannya. Sampai tiba dikala kamu menjadi pelajaran terbaik atas pertemanan dan bagaimana berkawan denganmu. Tiba kalanya saat aku mengetahui bahwa apa itu sebenarnya manusia? sampai tiba kalanya aku pahami apa itu kodrat orang lain. Sampai tiba saatnya aku telaah lebih jauh lagi bahwa sebenarnya menurutmu kebaikan harus kamu tutup rapat-rapat.
Ya andai saja boleh kukatakan bahwa kamu yang menang. Kamu sudah memenangkan semuanya. Sudah dan bahkan entah apalah itu kebaikan. Hanya bertahan waktu, hanya bertahan perlu.
Oh kawan baikku, bawalah semua yang kau perlu. Bawalah semua yang bisa kau anggap itu milikmu. Bawalah satu persatu sesuatu yang tidak pernah milikku. Bawalah segalanya dariku,apapun itu asal…….
Jangan kau meminta kembalikan sesuatu yang kau ajarkan. Bahwasanya bertindak sesukamu pun aku mau. Aku senang sekali bahkan akan kupertahankan sesuatu itu, ketamakan atas merasa tak bersalahmu. Kepuasan atas apa yang telah kulakukan, semuanya itu semuanya ajaranmu. Jangan kamu hindari resikomu, aku hanya membuat pertahanan untuk diriku. Jangan kamu balikkan bahwa kamu mau seenakmu itu.
Kawanku, apabila malammu tidak tenang dan terbayang aku yang selalu jahat dimatamu, maafkan aku. Bukankah kamu yang melatih bahwa kepuasan tidak semuanya milikmu, bahwa ketamakan milik dirinya sendiri. Jangan kamu anggap tamak hanyalah milikmu. Ia mungkin milik zat maha besar didunia ini dan bukan kamu satu-satunya yang bisa menjadikan itu pertahananmu.
Terimakasih atas upayamu yang membuatku sadar apa itu rasa sakit, dikhianati, apa itu dipermalukan, apa itu menertawakan kebodohan sendiri, terimakasih telah mengingatkan bahwa didunia ini selalu ada yang berlawanan, ada buruk dan baik.

Sekarang, nikmatilah itu. Nikmatilah indahnya pengkhianatan. Nikmatilah kesegaran ditinggalkan. Nikmatilah kekesalan yang menyandung-nyandung perjalananmu. Nikmatilah betapa warna-warninya ketamakanmu sedang memanjakanmu dikasur tidurmu. Aku hanya mempertahankan pijakan tempatku membawa tas ransel berisi bekal darimu. Aku hanya menjalani diri sendiri yang tidak pernah meminta kamu melihat dan kasihaniku. Aku hanya mau kamu tahu, itulah apa yang disebut perjalananmu, jangan kamu memintaku membersihkan pasir-pasir yang berantakan dikasurmu. Aku hanya membuat pertahananku, aku hanya membela diriku, tentu tidak setamak kamu, tidak sepuas kamu, tetapi aku meyakini selamat menikmati hidangan resikomu itu…. Kawanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar